DIREKTORAT BINA TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN

Jurnal Jalan-Jembatan

Bagian Depan

Bagian ini berisi cover, daftar isi, prakata, kumpulan abstrak volume 39 No.1 Januari-Juni 2022 dan kumpulan abstrak volume 39 No.2 Juli-Desember 2022

PENGARUH TIMBUNAN RINGAN MORTAR BUSA PENGGANTI TIMBUNAN BIASA PADA JEMBATAN MENGGUNAKAN KONSTRUKSI STRUKTUR BAJA BERGELOMBANG

Terdapat tiga tipe struktur baja bergelombang yaitu tipe standar korugasi 152 by 51, deep korugasi 381 by 140 dan superdeep korugasi 500 by 237. Saat ini baru tipe standar dan deep yang sudah diproduksi di Indonesia. Struktur baja bergelombang dapat difungsikan sebagai struktur jembatan yang dikombinasikan dengan timbunan pengisi diatasnya menggunakan timbunan biasa. Namun, di Indonesia beberapa proyek flyover telah menggunakan struktur baja bergelombang bentang 22 meter s/d 26 meter dengan timbunan ringan mortar busa sebagai pengganti timbunan biasa. Kajian ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh efek penggunaan timbunan ringan mortar busa terhadap kekuatan struktur. Evaluasi dilakukan dengan menyimulasikan penerapan struktur baja bergelombang bentang 22 meter dan tebal 9 mm dengan timbunan biasa maupun timbunan ringan mortar busa menggunakan perangkat lunak berbasis elemen hingga. Parameter kekuatan stuktur masing-masing jenis timbunan kemudian dihitung dengan mengacu pada Canadian Highway Bridges Design Code. Terdapat empat parameter kekuatan struktur utama yang ditinjau yaitu kuat tekuk, sendi plastis, kuat sambungan dan pergerakan. Nilai-nilai parameter tersebut harus lebih besar dari 100%, yang menunjukan bahwa gaya yang terjadi lebih kecil dari nilai izin, artinya struktur dalam kondisi aman. Hasil perhitungan yang diperoleh untuk nilai-nilai parameter kekuatan dengan menggunakan timbunan ringan mortar busa adalah 358% (kuat tekuk), 235% (kuat sambungan), 458% (sendi plastis) dan 319% (dispalacement), sedangkan evaluasi pada timbunan biasa yaitu 99% (kuat tekuk), 120% (kuat sambungan), 37% (sendi plastis) dan 27% (dispalacement). Hasil tersebut menunjukan bahwa penggunaan timbunan ringan mortar busa pada struktur baja bergelombang akan meningkatkan kekuatan struktur dan membuat jembatan lebih aman.

Kata Kunci: struktur baja bergelombang, timbunan ringan mortar busa, timbunan biasa, kekuatan dinding dalam  tekanan, kekuatan sambungan,  sendi plastis, pergerakan.

ANALISIS KUANTITATIF DAN KUALITIATIF POTENSI LIKUEFAKSI DI AREA TANAH KEPASIRAN MEDIUM-PADAT DEKAT SESAR OPAK

Pada Mei 2006 telah terjadi gempabumi di Kabupaten Bantul dan menunjukkan fenomena likuefaksi seperti lateral spreading dan sand boiling. Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Likuefaksi Indonesia Tahun 2019, Pantai di Bantul diidentifikasi berada dalam zona bahaya likuefaksi sedang-tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi likuefaksi di area pembangunan Jembatan Kretek 2, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta yang dekat dengan sumber gempa, sesar opak. Pendekatan studi awal menggunakan pendekatan analisis gradasi butiran oleh Tsuchida (1970) dengan secara dominan termasuk kategori paling mudah terlikuefaksi dan sebagian lainnya termasuk kategori berpotensi terlikuefaksi. Dengan menggunakan pendekatan Youd et al. (1979), dan pendekatan Hakam (2020) juga terlihat kerentanan likuefaksi tersebar sebagian besar borehole. Hasil analisis simplified procedure Idriss and Boulanger (2008) menunjukkan potensi likuefaksi di kedalaman 0-16,5 m dengan ketebalan antara 1.5-9 m kecuali BH-4 yang tidak terdapat sama sekali potensi likuefaksi. Sementara itu hasil analisis kuantitatif dan kualitatif menggunakan liquefaction severity index menunjukkan pada BH-3, BH-9, BH-12, dan BH-13 memiliki kategori sangat rendah. Pada BH-1, BH-2, BH-5, BH-6, BH-7, BH-8, dan BH-14 memiliki kategori rendah. Sementara pada BH-11 termasuk kategori moderat dan BH-10 yang termasuk kategori tinggi. Hasil analisis kuantitatif dan kualitatif kemudian dituangkan ke dalam bentuk Peta mikrozonasi liquefaction severity area Jembatan Kretek 2 untuk memudahkan pengambil kebijakan dalam memastikan keamanan sistem fondasi yang digunakan.

Kata kunci: jembatan kretek 2, preliminary, simplified procedure, liquefaction severity index, peta mikrozonasi

KARAKTERISASI MASSA BATUAN DAN EVALUASI KESTABILAN LERENG DENGAN METODE NUMERIK PADA RUAS JALAN PLANJAN–BARON–TEPUS

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kestabilan lereng dengan mempertimbangkan karakterisasi massa batuan. Lokasi penelitian terletak pada ruas PlanjanBaronTepus pada STA 7+000 sampai STA 9+725 dengan litologi yang mendominasi adalah batugamping. Metode pengambilan data diawali dengan penentuan kualitas massa batuan berdasarkan klasifikasi massa batuan dengan metode Geological Strength Index (GSI) batugamping yang diperkenalkan Marinos (2010). Hasil pengujian sifat fisik dan mekanik batuan, serta kualitas massa batuan akan dijadikan parameter input dalam analisis kestabilan lereng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas massa batuan lokasi penelitian bervariasi mulai dari kondisi baik (good) pada STA 9+075, kualitas massa batuan sedang (fair) pada STA 7+825, hingga kualitas massa batuan buruk (poor) pada STA 8+475. Berdasarkan analisis kestabilan lereng dengan metode elemen hingga dan kriteria keruntuhan Generalized Hoek-Brown didapatkan hasil bahwa lereng pada tiga lokasi yang mewakili kualitas massa batuan berada dalam kondisi stabil (aman) pada kondisi tanpa beban gempa dan kondisi dengan beban gempa.

Kata Kunci: kestabilan lereng, kualitas massa batuan, geological strength index, batugamping, metode elemen hingga.

IDENTIFIKASI RISIKO PADA PROYEK PENANGANAN LONGSORAN LERENG JALAN DI INDONESIA DENGAN METODE HOR (HOUSE OF RISK)

Dalam pelaksanaan proyek penanganan longsoran lereng jalan tentunya banyak sekali potensi risiko yang terjadi. Sehingga diperlukan analisis manajemen risiko untuk mengantisipasi risiko yang terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kejadian risiko, faktor risiko dan tindakan pencegahan pada proyek penanganan longsoran lereng jalan di Indonesia. Metodologi penelitian ini menggunakan kuisioner pada para tenaga ahli bidang proyek penanganan longsoran lereng jalan di Indonesia dengan metode House Of Risk (HOR) dan validasi delphi. Terdapat 44 variabel kejadian risiko, 36 faktor risiko dan 24 tindakan pencegahan dalam penelitian ini.Pada tahapan HOR fase 1 terdapat 22 Faktor risiko prioritas dari semula 36 variabel faktor resiko. Pada HOR fase 2 dan dengan sistem pareto terdapat 13 tindakan pencegahan prioritas yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam penanganan longsoran lereng jalan. Melalui penelitian ini maka tindakan pencegahan utama dalam mengantisipasi faktor resiko pada proyek kontruksi penanganan longsoran lereng jalan di Indonesia adalah dengan memperketat kualifikasi penyedia jasa saat pelelangan, penegasan dikontrak tentang keharusan personil memiliki keahlian dan adanya pengawasan intern dari owner terhadap penyedia jasa maupun konsultan pengawas.

 Kata kunci: identifikasi risiko, faktor risiko, kejadian risiko, manajemen risiko, longsoran.