Indonesia merupakan negara penghasil karet nomor dua terbesar didunia setelah Thailand. Produksi karet alam Indonesia saat ini sekitar 3,2 juta ton dengan luas lahan perkebunan sekitar 3,4 juta hektar. Produksi karet dalam negeri sekitar 85% masih di ekspor dalam bentuk karet mentah dan sisanya untuk konsumsi dalam negeri. Rendahnya permintaan ekspor karet mentah menyebabkan kelebihan suplai dalam negeri sehingga harga karet turun drastis.
Salah satu upaya untuk menstabilkan harga karet adalah dengan meningkatkan konsumsi domestik. Untuk mendukung hal tersebut maka Kementerian PUPR melalui Pusjatan Balitbang dan Kementerian Perindustrian berupaya untuk memanfaatkan karet alam dalam bidang infrastruktur, salah satunya sebagai bahan tambah untuk aspal (aspal karet).
Bertolak dari upaya meningkatkan penyerapan karet alam dalam negeri dan kebutuhan aspal kinerja tinggi, Pusjatan melakukan litbang mengenai karet alam sebagai modifier aspal sejak 2007. Penelitian aspal karet merupakan salah satu penelitian yang dilakukan Pusjatan dalam memanfaatkan Karet alam yang digunakan adalah karet pekat (lateks) yang memiliki kandungan karet kering 60% (KKK 60). Berdasarkan hasil monitoring dan uji coba lapangan menunjukkan bahwa pada perkerasan dengan aspal karet muncul bercak-bercak putih dan mulai terjadi kerusakan pada umur 18 bulan sampai kinerjanya dibawah perkerasan dengan aspal Pen 60. Hal ini disebabkan karena masih digunakan karet alam yang belum melalui proses vulkanisasi srhingga mudah mengalami penuaan (aging) oleh sinar ultra violet.
Proses penelitian dan pengembangan aspal karet mengalami beberapa kendala, seperti pada proses pencampuran aspal dan karet cair langsung di tangka aspal AMP selama 4 jam pada temperature 150°C sehingga menambah waktu produksi dan meningkatkan biaya. Untuk menjaga konsistensi produk aspal karet disarankan proses pencampuran aspal dan karet alam cair dilakukan di bitumen plant. Demikian juga dengan karet alam padat , untuk menghasilkan campuran aspal karet yang homogenpada skala lapangan dibutuhkan 2 mesin colloid mill. Inlet untuk mesin colloid mill mksimal untuk material ukuran 2 cm sehingga perlu pemotongan masterbatch agar dapat dimasukkan kedalam colloid mill.
Tahun 2015 Kementerian PUPR dengan Kementerian Perindustrian dan Puslit Karet melakukan pengembangan aspal karet sebagai modifier aspal. Dan Tahun 2017 dilakukan penghamparan di beberapa tempat. Penghamparan yang dilakukan antara lain pada ruas jalan raya Parung – Depok pada Minggu dini hari 5 November 2017. Penghamparan sepanjang 500 m untuk perkerasan aspal karet padat masterbatch dan 100 m untuk perkerasan aspal Pen 60 sebagai pambanding. Penghamparan dilakukan dengan dihadiri Direktur Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan, Edy Sutopo, Direktur Pusat Penelitian Karet, Karyudi, Kabalai Litbang Perkerasan Jalan, Nyoman Suaryana, dan para pejabat dari lingkungan Balitbang PUPR. ( Humas Pusjatan)